kota tasikmalaya kota santri
kota tasikmalaya kota santri
RULLY BLOG -Tasik dikenal sebagai kota santri. Itu dulu sebelum dimekarkan menjadi dua daerah otonom yaitu kabupaten induk Tasikmalaya dan daerah pemekarannya Kota Tasikmalaya.
Mengapa Tasik di sebut dengan Kota Santri? karena di Tasik begitu banyak pondok pesantren, ada ratusan pesantren baik di kota maupun pelosok desanya.Tentu kalau banyak ponpes didalamnya ada banyak pula santrinya yang belajar ilmu agama dari sumber kitab kuning melalui metode ajar bandungan dan sorogan yang khas di lingkungan pesantren.
Karena banyaknya lembaga pendidikan pondok pesantren itulah, masyarakatnya pun dikenal religius, taat beragama dan patuh pada kalangan ajengan atau para ulamanya. Ulama menjadi rujukan, tempat bertanya dan minta nasihat dalam segala permasalahan kehidupan masyarakat, baik dalam hal hukum syariat agama,kehidupan rumah tangga, hingga kegalauan dalam kehidupan ekonomi dan juga termasuk kepentingan politk elit. Kehidupan keagamaan di Tasikmalaya memang begitu semarak, masyarakatnya terlihat religius dan taat beragama.
>> SEJARAH TASIKMALAYA
Sejarah berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi tidak terlepas dari sejarah berdirinya kabupaten Tasikmalaya
sebagai daerah kabupaten induknya. Sebelumnya, kota ini merupakan
ibukota dari kabupaten Tasikmalaya, kemudian meningkat statusnya menjadi
kota administratif
tahun 1976, pada waktu A. Bunyamin menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya,
dan kemudian menjadi pemerintahan kota yang mandiri pada masa
Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh bupatinya saat itu H.
Suljana W.H.
Antara Sukapura dan Tasikmalaya berbilang riwayat yang panjang. Dua nama
yang berada di wilayah Priangan Timur, Jawa Barat, ini silih berganti
menjadi nama wilayah administratif. Riwayatnya bisa kita gali dari buku
buku sejarah. Di antaranya kita bisa membaca tulisan “Sukapura
(Tasikmalaya)” karya Ietje Marlina yang dimuat dalam buku Sejarah
Kota-kota Lama di Jawa Barat (2000: 91-110) dan Sejarah Kota
Tasikmalaya, 1820-1942 (2010), karya Miftahul Falah. Dari kedua buku
tersebut, nama pertama yang mula-mula mengemuka dalam sejarah adalah
Sukapura.
Posting Komentar